Sampah Makanan Lebaran Diperkirakan Mencapai 58 Ribu Ton

Sampah Makanan Lebaran Diperkirakan Mencapai 58 Ribu Ton

Fajarasia.id – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memperkirakan periode mudik dan balik Lebaran 2024 berpotensi menghasilkan sampah hingga 58 ribu ton. Setiap kepala daerah diimbau memperkuat partisipasi publik melalui program ‘Mudik dan Lebaran Minim Sampah’.

Rosa Vivien Ratnawati, Dirjen Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian LHK, menyampaikan hasil survei angkutan Lebaran 2024 memperlihatkan sekitar 193,6 juta orang melakukan mudik. Mayoritas pemudik melakukan perjalanan dari Jakarta menuju sejumlah daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

”Potensi sampah yang dihasilkan ini mencapai 58 juta kilogram atau 58 ribu ton. Potensi ini dihitung atau diperkirakan untuk jangka dua minggu dari arus mudik hingga balik,” ujar Rosa.

Penanganan sampah lebaran ini perlu dilakukan secara cermat. Salah satu upayanya dengan memilah sampah sesuai jenis.

Dalam memilah sampah sampah makanan, bisa melalui kantong sampah warna kuning (opsional). Sedangkan sampah anorganik bisa disetorkan langsung ke bank sampah terdekat di lingkungan RT/RW.

Pengelolaan sampah makanan dengan eco-urban farming juga bisa dilakukan. Teknik ini diperkenalkan mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka (UT) Jakarta, Imam Pesuwaryantoro,

Ia memiliki solusi mengolah sampah, khususnya sampah organik berupa food waste. Ia menciptakan Eco-Urban Farming, solusi food waste skala rumah tangga.

“Metodenya sangat mudah, dan dapat diimplementasikan dalam skala rumah tangga,” ujar Imam. Ia lantas menjelaskan melalui keterangan tertulis.

Sebagai awalan, sampah makanan dan maggot dimasukan ember. Selanjutnya dicampur gula merah dan bioAktivator berupa EM4.

Kemudian aduk semua bahan hingga merata. Pengadukan dilakukan sehari sekali selama 14 sampai 28 hari dengan indikasi keberhasilan yaitu pupuk seperti tanah berwarna coklat.

“Implementasi pupuk kompos dari sampah rumahan diharapkan bisa mengurangi jejak karbon. Selain itu juga bisa mengurangi volume sampah warga Jakarta yang dibuang ke TPA Bantar Gebang, Bekasi,” katanya.

Tidak hanya itu, area pekarangan rumah sekitar juga bisa menjadi media tanam tumbuhnya tumbuhan produktif. Misalnya cabai rawit, kol, serta aneka tumbuhan makanan lainnya.

Imam menjelaskan kebijakan manajemen sampah berbasis karbon netral ini perlu didukung. Salah satunya dengan menerapkan Law Enforcement berupa skema pemberian insentif dan tekanan.

“Oleh karena itu mari bijak mengelola sampah dari rumah dengan memilah sampah. Ini demi terciptanya akselerasi indonesia net zero emission 2050 dan Indonesia Emas 2045,” ujarnya.***

Pos terkait