Fajarasia.id – Produsen obat India Maiden Pharmaceuticals pada Minggu (24/12) membantah telah mengubah sampel uji atau menyuap pejabat untuk melakukannya.
Maiden, yang sirup obat batuknya dikaitkan dengan kematian anak-anak di Gambia, sedang diselidiki oleh pejabat kesehatan setempat karena diduga menyuap pejabat untuk mengganti sampel uji.
Seorang penyelidik pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Negara Bagian Haryana pada Jumat mengaku penyelidikan yang dilakukannya hampir selesai.
Sampel yang diuji oleh pemerintah India itu diduga diganti karena hasilnya berbeda dengan temuan zat beracun dalam sirup obat batuk itu oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Saya tidak pernah mengubah sampel,” kata pendiri Maiden Naresh Kumar Goyal kepada Reuters. “…tak ada bukti yang memberatkan kami. Saya tidak menyuap.”
Dia menyatakan bahwa dia atau wakil perusahaannya tidak pernah dipanggil oleh Gagandeep Singh, penyelidik dan direktur BPOM.
Tanpa menyebut nama, Goyal mengatakan salah satu pesaing bisnis telah melaporkan hal tersebut.
Singh menolak mengomentari pernyataan Goyal.
WHO mengaitkan sirup obat batuk buatan Maiden dengan kematian 70 anak di Gambia tahun lalu, tetapi pemerintah India mengatakan uji lanjutan di laboratorium pemerintah menunjukkan sirup tersebut bebas racun.
Singh pada Jumat mengaku telah menerima laporan komprehensif dan lengkap bahwa pejabat BPOM negara bagian itu menerima suap sebesar 50 juta rupee India (Rp9,3 miliar) untuk mengganti sampel uji sebelum dikirim ke laboratorium.
Sang pejabat, Manmohan Taneja, tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Pada Oktober, dia menyebut laporan soal suap itu “laporan palsu dari orang palsu” dan bahwa “siapa pun bisa mengirim laporan palsu terhadap siapa pun”.
Reuters belum bisa memeriksa apakah uang suap itu telah dibayarkan.
Pabrik obat Maiden ditutup oleh pemerintah India pada Oktober 2022 setelah kematian anak-anak di Gambia terungkap.
Goyal mengatakan pabrik itu kini sedang direnovasi dan dia telah meminta pihak berwenang agar melakukan pemeriksaan supaya bisa dibuka kembali.
“Tak ada kesalahan ditemukan di pabrik itu, tetapi karena mereka menunjuk beberapa hal, kami telah memperbaikinya,” katanya. “Kami sedang berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan masalah ini dengan petugas terkait. Itulah yang bisa kami lakukan.”
Kementerian Kesehatan India belum berkomentar.
Menurut dua sumber yang memahami masalah itu, pemerintah India tidak terburu-buru membuka lagi tiga pabrik obat, termasuk pabrik Maiden di Negara Bagian Haryana, yang dikaitkan dengan sedikitnya 141 kematian di Gambia, Uzbekistan, dan Kamerun sejak tahun lalu.
Seorang sumber menambahkan keputusan soal itu sepertinya tidak akan diambil sebelum pemilu Mei mendatang untuk mencegah munculnya reaksi negatif dari masyarakat.***