Pemerhati: Lembaga Pendidikan Harus jadi Tempat Aman

Puskestal Indonesia Syukri Pulungan
Puskestal Indonesia Syukri Pulungan

Fajarasia.id – Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kesehatan Mental Indonesia (Puskestal Indonesia), Syukri Pulungan menyatakan, keprihatinannya atas perundungan yang kembali terjadi di sekolah. Menurutnya, tingkat perundungan, utamanya kekerasan di Indonesia menjadi salah satu yang berbesar di dunia.

Berdasarkan, ata statistik dari KPAI tahun 2022 tercatat ada 2.133 kasus, kemudian meningkat menjadi 3.547 kasus pada tahun 2023. Meskipun, angka tersebut mencengangkan, Syukri menyoroti data ini belum sepenuhnya mencerminkan realitas, karena banyak kasus kekerasan pada anak tidak dilaporkan sepenuhnya.

“Dalam satu bulan terakhir, kita menyaksikan serentetan kasus kekerasan di beberapa lembaga pendidikan, seperti di Binus Serpong, pesantren di Kediri, dan kasus perundungan di Batam. Kondisi ini memprihatinkan karena lembaga pendidikan seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi peserta didik,” Kata Syukri , Senin (4/3/2024).

Menurutnya, paradigma lembaga pendidikan belum sepenuhnya mengadaptasi nilai-nilai kesejahteraan. Terlihat di mana fokus lembaga pendidikan masih terpaku pada pencapaian prestasi akademik tanpa memberikan perhatian cukup pada aspek-aspek psikologis yang harus ditanamkan pada peserta didik.

“Pendidikan kita harus lebih dari sekadar prestasi akademik. Kita perlu memberikan perhatian kepada aspek psikologis peserta didik, dan ini memerlukan kolaborasi antara lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah,” katanya, menegaskan.

Dia membeberkan, ada tiga faktor kekerasan pada anak, yaitu faktor internal siswa, faktor pendidikan, dan faktor eksternal sosial budaya. Oleh karena itu, dia mengajak semua pihak, termasuk pemerintah, untuk berkolaborasi dalam menciptakan iklim yang nyaman di lingkungan sekolah.

“Langkah-langkah preventif, seperti mendeteksi peluang tingkat kekerasan, dan penanganan korban perlu menjadi fokus bersama. Saya sangat mengapresiasi komentar Presiden Jokowi yang menyebutkan bahwa sekolah harus menjadi ‘safe house’ bagi peserta didik,” ujar Syukri.

Selain itu, lanjut dia, pembentukan karakter peserta didik juga diperlukan utamanya dengan pendekatan holistik, termasuk pembelajaran sosial dan emosional. Dia berharap, peserta didik tidak hanya meraih prestasi akademik, tetapi juga merasakan kesejahteraan baik di lembaga pendidikan maupun di lingkungan masyarakat.****

Pos terkait