Fajarasia.id – Turis di sebuah hotel tepi laut di pulau Rhodes Yunani menyambar ember berisi air kolam dan handuk basah saat api mendekat. Mereka bergegas membantu staf dan penduduk setempat memadamkan salah satu kebakaran hutan yang mengancam penduduk lokal Mediterania selama gelombang panas baru-baru ini.
Upaya tim yang cepat sangat berarti hingga pada saat pemadam kebakaran datang, sebagian besar kebakaran sebenarnya sudah ditangani. Keesokan paginya, beberapa tamu yang gelisah mempersingkat liburannya, tetapi sebagian besar tetap bertahan karena resor tidak rusak dalam kebakaran semak kecil di luar pekarangannya.
Pulau Yunani yang terkenal dengan pantai berkilauan dan situs kuno sedang merawat luka setelah 11 hari kebakaran hutan dahsyat pada Juli 2023. Setelah ribuan orang dievakuasi selama puncak musim perjalanan, Rhodes mempertimbangkan kemungkinan krisis itu akan memengaruhi sektor pariwisata yang menggerakkan sebagian besar ekonominya dan sekitar 20 persen ekonomi Yunani.
Sama halnya dengan destinasi Mediterania lainnya, seperti Italia dan Spanyol, sektor pariwisata juga dilanda gelombang panas dan kebakaran hutan. Menurut perkiraan Uni Eropa (UE), Yunani, Italia, Aljazair, dan Tunisia jika digabungkan kehilangan lebih dari 1.350 kilometer persegi akibat kobaran api yang memengaruhi 120 ribu orang pada akhir Juli,
Tapi, bencana itu belum selesai. Wilayah-wilayah ini berhadapan dengan panas yang lebih ekstrem dalam beberapa hari mendatang.
Walikota desa Villardeciervos, di bagian barat laut Spanyol yang dilanda kebakaran musim panas lalu, Rosa Maria Lopez menyatakan, para pendaki masih berdatangan. “Pariwisata pasti akan sedikit menderita dalam beberapa tahun mendatang, (apakah) kita suka atau tidak,” katanya.
“Di jalur pendakian tidak ada pohon, dan sangat menyedihkan untuk dilihat. … Namun kawasan ini masih sangat dihargai oleh wisatawan terlepas dari segalanya. Kami harus beradaptasi,” ujar Lopez, Minggu (6/8/2023).
Kebakaran telah mengusir wisatawan di bagian Yunani dan Italia yang paling terpukul. Wakil presiden di perusahaan data perjalanan ForwardKeys Olivier Ponti menyatakan, Rhodes melihat pembatalan massal penerbangan dan tren serupa di Sisilia.
Meskipun perjalanan ke Yunani secara keseluruhan tidak terlalu terpukul, Italia tidak seberuntung itu. Kebakaran hutan telah menyebabkan penurunan pemesanan untuk banyak tujuan Italia, bahkan tempat yang tidak dekat dengan kebakaran.
Ponti mencatat penurunan untuk Roma pada minggu terakhir bulan Juli. Bahkan tanpa api, panasnya musim panas yang diperparah oleh perubahan iklim bisa menjadi halangan bagi para pengunjung.
Para pelaku bisnis perhotelan khawatir di kota resor pantai Benidorm di tenggara Spanyol yang telah lama menjadi favorit turis Inggris dan Skandinavia. “Jika gelombang panas berulang setiap musim panas, dampaknya terhadap perekonomian kita akan signifikan. Aktivitas kami dipusatkan pada tiga bulan musim panas,” kata ketua asosiasi hotel dan pariwisata di wilayah Valencia Antonio Mayor.
Kondisi ini bisa membuat wisatawan pergi ke utara ke negara-negara Skandinavia atau Inggris Raya. “Suhu rekor di negara-negara Eropa seperti Yunani, Italia, dan Spanyol tidak dijadwalkan untuk mereda saat kita memasuki Agustus, jadi mungkin dianggap pilihan yang jauh lebih aman untuk memilih tinggal di Eropa utara,” kata CEO dari platform pemesanan digital HotelPlanner Tim Hentschel.
Organisasi Meteorologi Dunia dan Layanan Perubahan Iklim Copernicus UE menetapkan Juli sebagai bulan terpanas dalam catatan sejarah. Mengingat kondisi yang semakin tidak terduga, perusahaan rintisan teknologi iklim yang berbasis di Amerika Serikat Sensible Weather sedang mengembangkan asuransi yang akan memberi kompensasi kepada orang-orang jika panas ekstrem merusak liburannya.
Sensible Weather akan segera menambahkan opsi panas untuk mengantisipasi musim panas mendatang. “Orang-orang lebih banyak bertanya kepada saya tentang hal itu karena mereka lebih memikirkan hal-hal ini,” kata pendiri Nick Cavanaugh.***