Fajarasia.id – Satuan Tugas (Satgas) ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) buka suara terkait ramainya informasi terkait Air Susu Ibu (ASI) bubuk. Menurut IDAI, ASI perah yang diolah dengan metode freeze drying itu perlu diteliti lebih jauh mengenai kandungannya.
“Ini metode baru yang masih membutuhkan riset secara ilmiah. Sejauh ini juga belum ada rekomendasi penggunannya (ASI bubuk) dari badan-badan kesehatan dunia,” kata Ketua Satgas ASI IDAI, dr. Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sabtu (11/5/2024).
Naomi menyarankan agar masyarakat tidak memberikan ASI bubuk tersebut kepada bayi. Hal ini karena dikhawatirkan ASI bubuk terkontaminasi kuman-kuman berbahaya jika prosedurnya tidak benar.
“Saya sarankan jangan gegabah memberikan Freeze-drying ASI ini kepada bayi. Terutama bayi-bayi dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti bayi premature atau bayi yang mengalami penyakit kronis,” ujarnya.
Metode pemberian ASI yang disarankan IDAI, yaitu melalui direct breastfeeding atau menyusui secara langsung. “Karena dalam proses menyusui itu justru yang terpenting adalah bounding antara ibu dan anak,” ujar Naomi.
Namun jika ibu berhalangan menyusui bayinya secara langsung, seperti karena harus bekerja di luar rumah, maka Naomi menyarankan agar ASI diperah dan dibekukan. “Itu lebih baik daripada memberikan ASI bubuk,” katanya.
Belakangan ini viral di media sosial mengenai metode freeze drying ASI atau bubuk. Metode ini diklaim dapat mempertahankan struktur molekul susu. Namun mengenai kandungan ASI bubuk ini, masih belum terbukti secara ilmiah.***