Peneliti UGM Ingatkan Bahaya Hoax tentang Krisis Iklim

Peneliti UGM Ingatkan Bahaya Hoax tentang Krisis Iklim

Fajarasia.id –  Hasil survei yang dilakukan Center for Digital Society (CFDS) Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkap, hoax tentang krisis iklim yang beredar di media digital jumlahnya tidak banyak. Meski demikian dampak berita hoax ini sangat besar terhadap keberlangsungan ekosistem alam.

“Jumlahnya (hoax soal krisis iklim) tidak banyak. Jika dibandingkan isu lain seperti politik atau kabar selebriti,” kata Novi Kurnia, peneliti CFDS, dalam sebuah Rilisnya yang diterima Redaksi pada kamis (11/7/2024) (10/7/2024).

Berdasarkan survei CFDS yang digelar secara daring di 2023 lalu, ditemukan sebanyak 24,2 persen responden percaya bahwa krisis iklim adalah sebuah fenomena buatan. “Mereka percaya bahwa perubahan iklim adalah fenomena yang dibikin-bikin oleh penguasa global,” kata Novi.

Sementara lebih dari 25 persen responden meyakini hasil kajian akademisi dan periset tentang krisis iklim juga telah dikontrol oleh elit global. Survei ini diikuti oleh 2401 responden yang merupakan pengguna aktif internet.

Selain tentang teori konspirasi, sebanyak 32,5 persen responden percaya bahwa krisis iklim berhubungan dengan moral masyarakat yang semakin buruk. “Mereka meyakini krisis iklim yang menyebabkan berbagai bencana alam, diakibatkan banyaknya masyarakat yang berbuat dosa,” kata Novi.

Banyaknya informasi hoax terkait krisis iklim, menurut Novi, menjadi tantangan tersendiri. “Misinformasi seperti ini menjadi satu tantangan masyarakat digital saat ini,” ujarnya.

Fakta terkait banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak percaya terhadap perubahan iklim akan berdampak terhadap aksi-aksi kepedulian terhadap lingkungan.

“Orang Indonesia ternyata termasuk penyangkal krisis iklim terbesar di dunia. Ini menjadi persoalan besar,” ujarnya.

“Mereka tidak hanya tidak percaya untuk dirinya sendiri. Tetapi bisa menjadi sumber penyebar hoax di masyarakat.”***

Pos terkait