Fajarasia.id – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menyebut media sosial (medsos) telah mempengaruhi remaja Malaysia menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapannya sehari-hari. Fakta ini pun diakui oleh pakar bahasa Malaysia.
“Memang limpahan informasi dari media sosial begitu besar mempengaruhi remaja Malaysia. Khususnya dalam bahasa pergaulan sehari-hari,” kata Kepala Pusat Pembinaan Bahasa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Abdul Haq, Senin(18/9/2023).
Ia mengungkapkan bahwa bahasa Melayu belum betul-betul menjadi bahasa antaretnis di Malaysia. “Kita ketahui di Malaysia ada tiga etnis besar, yakni Melayu, China, dan India. Mereka masing-masing menggunakan bahasanya sendiri-sendiri,” ujarnya.
Terkait hal ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa pernah diundang pakar bahasa Melayu. Dalam pertemuan itu pun dibahas hubungan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia.
“Kesimpulannya menarik. Salah satu profesor mereka menyatakan bahwa pada titik ini bahasa Indonesia itu ibarat seperti kapal tanker, sementara bahasa Melayu seperti kapal pengiringnya,” ucapnya.
Menurut Abdul Haq, hal itu disebabkan karena dari segi penuturnya pengguna bahasa Indonesia lebih besar dan banyak dibanding bahasa Melayu. Kemudian, dari segi kosa kata bahasa Melayu yang terdokumentasikan di kamus dewan bahasa kurang dari 100 ribu.
“Sementara bahasa Indonesia saat ini sudah di posisi 120 ribuan. Jadi pengembangan dari kosa kata bahasa Indonesia sangat masif,” ujarnya.
Di sisi lain, lanjut dia, Mendikbudristek Nadiem Makarim telah meminta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengembangkan kosa kata di KBBI hingga 200 ribu. “Jadi sampai akhir 2024, kami ditargetkan menambah kurang lebih 80 ribu kosa kata,” kata Abdul Haq menjelaskan.****