Kepala BKKBN: Audit kasus penting untuk telusuri penyebab stunting

Kepala BKKBN: Audit kasus penting untuk telusuri penyebab stunting

Fajarasia.id – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengatakan bahwa audit kasus stunting penting untuk menelusuri penyebab atau latar belakang kejadian stunting.

“Pentingnya audit kasus adalah menelusuri sebab dari stunting, ketika ada imunisasi dasar untuk anak usia balita belum mencapai 100 persen, maka di daerah tertentu perlu mewaspadai apakah ada penyakit yang kemudian menjadi latar belakang kejadian stunting,” kata dr. Hasto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (5/4/2024).

Hasto menyampaikan hal tersebut saat menghadiri acara “Aksi Pasti Seri Satu Tahun 2024” secara daring yang diselenggarakan pada Selasa (2/4), bersama dua kabupaten/kota yang telah berhasil menurunkan prevalensi stunting secara signifikan, yakni Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, dan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Hasto juga menyebutkan pentingnya audit kasus stunting untuk menelusuri apakah ada bayi-bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar di setiap wilayah.

“Contohnya tuberkulosis (TBC), mestinya bayi lahir mendapatkan imunisasi BCG, tetapi ada informasi kalau imunisasi dasar belum ditanggung 100 persen, jadi anak tidak diimunisasi, kita perlu mewaspadai bayi-bayi yang belum mendapatkan imunisasi dasar ini, inilah pentingnya korelasi audit kasus stunting dengan situasi di wilayah masing-masing,” paparnya.

Hasto juga mengatakan bahwa bisa terjadi kemungkinan penyakit yang tidak tergantung imunisasi, misalnya wilayah lingkungan kotor, sanitasi tidak bagus, atau anak main di tempat yang kotor.

“Tidak menutup kemungkinan di sekitar tempat tinggal ditemukan cacingan, atau ternyata ada anak yang berat badannya tidak naik karena latar belakangnya cacingan, maka hubungkanlah hasil audit dengan situasi epidemologi di wilayah tertentu, karena masing-masing wilayah berbeda,” ucapnya.

Selain lingkungan dan asupan, Hasto juga menekankan pentingnya pola asuh, yang menjadi salah satu faktor anak bisa menjadi stunting.

“Suatu saat bisa terjadi stunting bukan karena makannya tidak baik, lingkungan kotor, tetapi karena pola asuh. Saya yakin pola asuh di Bontang dan Bener Meriah berbeda, di Bontang rumah berdesakan, di Bener Meriah banyak warga asli yang di pedesaan, jadi sangat berbeda latar belakang pendidikannya,” tuturnya.

Adapun Kota Bontang, Provinsi Kalimantan Timur, pada tahun 2023 prevalensi stunting-nya tercatat 19,6 persen, dari sebelumnya 26,3 persen pada tahun 2022, sedangkan Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh tercatat 10,74 persen dari sebelumnya 17,14 persen pada tahun 2022.

Penjabat Bupati Bener Meriah, Haili Yoga, mengatakan bahwa di Kabupaten Bener Meriah telah membuat kebijakan berupa Peraturan Bupati agar semua anak stunting dapat diberi makanan bergizi selama 96 hari.

“Kita kerja sama dengan pihak universitas, pendampingan tim ahli dari fakultas kedokteran, Kemenkes, media massa, hingga bapak asuh anak stunting. Kami edukasi anak remaja, calon pengantin, juga memantau ibu hamil dan menyusui agar anak diberi ASI eksklusif. Kini, dari 42, sudah tinggal tujuh orang yang stunting, kami ingin memutus mata rantai stunting,” ujar Haili.

Sementara itu, Ketua Tim Audit Kasus Stunting Kabupaten Bener Meriah Ifrah Ayuna Siregar memaparkan bahwa Kabupaten Bener Meriah memiliki inovasi pendampingan secara tuntas terhadap sasaran (Pentas Pisan) untuk calon pengantin, oleh tim pendamping keluarga dan tim percepatan penurunan stunting, juga inovasi gerakan bersama lintas sektor dalam penanganan stunting (Genting).***

Pos terkait