Fajarasia.id – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Nugraha Gumilar membenarkan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan mendapatkan pangkat Jenderal Kehormatan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi)
“Iya betul,” kata Nugraha ketika dikonformasi RRI.co.id, Selasa (27/2/2024).
Pemberian pangkat Jenderal Kehormatan itu rencana diberikan saat Prabowo Subianto menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) TNI di Mabes TNI Cilangkap, Rabu (28/2/2024).
DIketahui, Prabowo Subianto merupakan tamatan Akademi Militer tahun 1974. Karier militernya dimulai antara lain menjadi Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha tahun 1976; Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha tahun 1977;
Kemudian, Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassustahun 1983-1985; Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostra tahun 1985-1987;-Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad tahun 1987-1991;
Selanjutnya, Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad tahun 1991-1993; Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus 1993-1994;
Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus tahun 1994; Komandan Komando Pasukan Khusus tahun 1995-1996; Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus 1996-1998;
Lalu, Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat tahun 1998 dan Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI tahun 1998
Salah satu prestasi terbaik Prabowo Subianto dalam karier militernya adalah keberhasilan operasi pembebasan sandera Mapenduma, Papua. Saat itu, Prabowo sebagai Komandan Jenderal Kopassus
Operasi Mapenduma merupakan operasi militer untuk membebaskan 26 peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz 95. Mereka disandera Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Kelly Kwalik di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Jayawijaya, Papua.
Operasi pembebasan sandera ini memakan waktu selama 129 hari. Penyanderaan berawal ketika sekelompok peneliti sedang melakukan ekspedisi selama tiga bulan mulai November 1995 hingga Januari 1996 di Taman Nasional Lorentz, sebuah kawasan alam liar seluas hampir 2,4 juta hektare di pegunungan tengah Papua.
Dari 26 sandera, tujuh orang di antaranya Warga Negara Asing (WNA). Empat orang Inggris, dua Belanda dan seorang warga negara Jerman.***