BRIN: Pemantauan Variabilitas Karbon Dukung Pembangunan Ekonomi Biru

BRIN: Pemantauan Variabilitas Karbon Dukung Pembangunan Ekonomi Biru

Fajarasia.id – Pemantauan Variabilitas Karbon Dukung Pembangunan Ekonomi Biru
Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aan Johan Wahyudi dalam orasi ilmiahnya di Sidang Terbuka Pengukuhan Profesor Riset BRIN di Jakarta, Rabu (17/7/2024). (Foto: BRIN)
KBRN, Jakarta: Profesor Riset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Aan Johan Wahyudi menekankan urgensi pemantauan variabilitas karbon. Ini untuk mendukung pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan di Indonesia.

“Riset ini menawarkan strategi berbasis alam untuk mitigasi perubahan iklim, yang tidak hanya membantu menurunkan emisi karbon. Tetapi juga meningkatkan pemanfaatan potensi ekonomi laut Indonesia,” kata Aan dalam keterangannya, Rabu (17/7/2024).

Aan menyebutkan variabilitas faktor iklim seperti El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) berpengaruh signifikan pada variabilitas biogeokimia laut. Sehingga pemahaman mendalam tentang siklus biogeokimia karbon sangat penting untuk upaya mitigasi perubahan iklim dan penurunan emisi karbon.

“Prakiraan variabilitas biogeokimia di masa depan membantu mitigasi risiko ekstrim. Seperti marak alga berbahaya dan hipoksia, serta meningkatkan pemanfaatan potensi ekonomi biru laut Indonesia,” ujarnya.

Aan mengungkapkan hasil penelitiannya, yang menunjukkan bahwa asimilasi karbon padang lamun di Indonesia mencapai 8,40 Mg C (Megagram Karbon)/ha/tahun. Ini dengan total cadangan karbon pada biomassa mencapai 5,99 Mg C/ha.

Emisi dari perubahan lahan padang lamun nasional diperkirakan sekitar 0,46 Mg CO2/ha/tahun. Proses pompa biologis karbon memindahkan sekitar 9,99 Tg C (Teragram Karbon)/tahun dari kolom air ke sedimen pesisir Indonesia.

Hal tersebut, kata dia, bisa menjadi potensi untuk diimplementasikan menjadi konservasi padang lamun. Ini yang peran kunci dalam menurunkan emisi karbon, dengan potensi kontribusi hingga 11,3 persen.

“Kegiatan konservasi padang lamun sangat potensial. Ini untuk digunakan sebagai kredit karbon,” ucapnya.

Menurut Aan, kesadaran akan hubungan erat antara siklus biogeokimia karbon dan kesehatan ekosistem laut dapat memotivasi tindakan kolektif. Ini dari pengambil kebijakan hingga masyarakat.

“Jadi kolaborasi antara ilmuwan, pemerintah, dan masyarakat penting untuk diwujudkan. Dalam menghadapi tantangan mendatang dan menjaga keberlanjutan ekosistem laut Indonesia,” katanya.

Pos terkait