Fajarasia.id – Kalangan analis memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi, jelang akhir pekan ini. IHSG diprediksi terkoreksi akibat kekhawatiran pasar, akan terjadi resesi di Amerika Serikat.
IHSG sempat menguat cukup siginifikan 0,97 persen atau 70 poin pada penutupan perdagangan Kamis pekan ini. Kenaikan IHSG disertai dengan net buy (beli bersih) oleh investor asing sebesar Rp861 miliar.
“Hari ini IHSG berpotensi koreksi karena kekhawatiran resesi di Amerika Serikat. Kekhawatiran muncul setelah rilis data klaim awal tunjangan pengangguran,” kata Head of Retail Research Analyst BNI Sekuritas, Fanny Suherman, Jumat (2/8/2024).
Fanny melanjutkan, klaim awal tunjangan pengangguran di AS naik paling tinggi sejak Agustus 2023. Indeks manufaktur ISM (indikator aktivitas pabrik di AS) juga turun menjadi 46,8, lebih buruk dari perkiraan.
Ia memperkirakan pergerakan IHSG hari ini, level support di rentang 7.250-7.290. Adapun level resist berada di rentang 7.350-7.380.
Indeks saham Wall Street di Amerika Serikat tergelincir ke zona merah dalam penutupan perdagangan Kamis. Indeks Dow Jones ditutup turun 1,21 persen, S&P 500 melemah 1,37 persen dan Nasdaq Composite melemah 2,30 persen.
Bursa saham di Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada Kamis setelah komentar dari Ketua The Fed AS Jerome Powell. Dia mengisyaratkan penurunan suku bunga dapat terjadi pada bulan September jika data inflasi tetap “menggembirakan”.
“Investor di Asia juga menunggu data aktivitas bisnis dari berbagai wilayah. Di antaranya indeks manufaktur di Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan,” ucap Fanny.
Nikkei 225 Jepang anjlok 2,49 persen pada Kamis, sementara Topix memimpin pelemahan di kawasan Asia sebesar 3,24 persen. S&P/ASX 200 Australia naik 0,28 persen dan Kospi Korea Selatan naik 0,25 persen.
Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,23 persen, setelah rilis data Produk Domestik Bruto. PDB Hongkong secara tahunan naik 3,3 persen pada Triwulan II-2024, melampaui perkiraan sebesar 2,7 persen.****