Fajarasia.id – Pemerintah diharapkan segera mencari solusi untuk mengatasi penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia. Pasalnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah masyarakat kelas menengah terus turun signifikan.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut, fenomena turunnya jumlah masyarakat berpendapatan menengah ini tidak boleh dibiarkan terus menerus. Karena, sekitar 8-9 juta dari 115-117 juta masyarakat kelas menengah kini berisiko turun ke level di bawah menengah.
Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey meminta, pemerintah segera menanggulangi situasi ini melalui kebijakan dan bantuan yang tepat sasaran. Menurutnya, penurunan kunjungan dan transaksi dari kelompok ini juga mulai dirasakan gerai-gerai ritel di seluruh daerah.
Ia mengaku, penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia juga mulai mempengaruhi sektor ritel modern. Bahkan, Roy menyebut, banyak kelas menengah yang mulai menahan pengeluaran akibat inflasi dan kenaikan harga kebutuhan.
“Fluktuasi harga dan inflasi menekan daya beli masyarakat. Terutama dari kalangan kelas menengah,” kata Roy Minggu (14/9/24).
Selain inflasi, pemutusan hubungan kerja (PHK) turut memperburuk situasi ekonomi kelompok menengah. “Kenaikan pendapatan tidak sebanding dengan fluktuasi inflasi, sementara mereka yang terkena PHK kehilangan daya beli,” ucapnya.
Ia juga berharap segera ada langkah konkret dari pemerintah untuk mengurangi beban ekonomi kelompok menengah. “Karena, jika tidak ada subsidi atau bantuan, jumlah kelas menengah yang menurun akan semakin besar,” ujarnya.*****