Korea Selatan Menghadapi Krisis Kelahiran

Korea Selatan Menghadapi Krisis Kelahiran

Fajarasia.id – Korea Selatan (Korsel) menjadi satu dari banyak negara yang mengalami krisis populasi atau krisis kelahiran. Saat ini krisis populasi menjadi isu sosial baru dialami banyak negara.

Laporan The Korea Times, Kamis (4/1/2024), Pemerintah Korsel mencatat jumlah kelahiran lahir pada 2019 hanya 302.676 jiwa. Angka itu turun dari 357.771 jiwa pada 2017 dan 326.822 jiwa pada 2018.

Melihat angka yang mengkhawatirkan ini, pemerintah langsung mengambil kebijakan utama. Bahwa pada 2024, pemerintah telah menetapkan salah satu prioritas kebijakan utama yang dipusatkan untuk mengatasi krisis populasi.

“Kita memerlukan pendekatan yang benar-benar berbeda. Saat kita mencari penyebab dan solusi terhadap masalah ini,” kata Presiden Yoon Suk Yeol dalam pidato Tahun Barunya.

“Kita harus mencari tahu alasan sebenarnya. Rendahnya angka kelahiran dan mengidentifikasi langkah-langkah efektif.”

Menurut Statistik Korea, tingkat kesuburan total yang mewakili jumlah rata-rata kelahiran per perempuan selama masa suburnya mengalami penurunan. Yakni dari 1,48 pada 2000 dan 1,23 pada 2010 menjadi 0,84 pada 2020 dan 0,78 pada 2022 lalu.

Statistik Korea memprediksi tingkat kesuburan total perempuan Korea Selatan akan semakin menurun. Yakni menjadi 0,72 pada 2023 dan 0,68 pada 2024 mendatang.

Seperti diketahui, Korsel mengalami ancaman jumlah populasi akibat semakin banyak masyarakat yang tidak mau menikah dan memiliki anak. Menurunnya angka kelahiran dan tingkat fertilitas (kesuburan) juga ditandai dengan menurunya tren penjualan stroller (kereta dorong) di marketplace.***

Pos terkait