Fajarasia.id – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2023 lebih dari 8 juta orang di dunia didiagnosis dengan penyakit paru-paru. Jumlah tersebut menjadi tertinggi yang pernah tercatat untuk kasus tuberkulosis.
Dari jumlah itu, sebanyak 1,25 juta orang meninggal karena TBC. Di mana berarti penyakit tersebut menjadi penyebab utama kematian akibat penyakit menular setelah Covid-19.
“Fakta bahwa TBC masih membunuh dan membuat begitu banyak orang sakit adalah kemarahan. Ketika kita memiliki alat untuk mencegahnya, mendeteksinya, dan mengobatinya,” kata Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip Senin (4/11/2024).
Untuk itu, WHO mendesak semua negara untuk membuat komitmen konkret untuk memperluas penggunaan alat-alat tersebut. “Hal ini untuk mengakhiri TBC,” ucapnya.
Beberapa negara di Asia sangat terpengaruh oleh penyakit ini. Di antaranya India, Indonesia, Tiongkok, Filipina, dan Pakistan menyumbang lebih dari setengah kasus TBC di dunia.
Menurut laporan, 55 persen orang dengan TBC adalah laki-laki. Sementara 33 persen adalah perempuan dan 12 persen adalah anak-anak dan remaja muda.
Banyak kasus TBC baru dilatarbelakangi oleh lima faktor risiko utama. Di antaranya, kekurangan gizi, infeksi HIV, gangguan penggunaan alkohol, merokok (terutama di kalangan pria) dan diabetes.
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri di udara yang sebagian besar menyerang paru-paru. Kira-kira seperempat dari populasi global diperkirakan memiliki TBC tetapi hanya sekitar 5-10 persen dari mereka yang mengeluhkan gejala.
Orang dengan infeksi TBC sering tidak merasa sakit dan tidak menular. Hanya sebagian kecil orang yang terinfeksi TB yang akan mengalami gejala, dengan bayi dan anak-anak berisiko lebih tinggi.
“Gejala TBC mungkin ringan selama berbulan-bulan. Sehingga mudah untuk menyebarkan penyakit kepada orang lain tanpa menyadarinya,” tulis WHO.*****