Timnas AMIN Kritik Giant Sea Wall, Airlangga: Sudah Ada Studi Ekologi

Timnas AMIN Kritik Giant Sea Wall, Airlangga: Sudah Ada Studi Ekologi

Fajarasia.id – Menteri Perekonomian Airlangga Hartarto menjawab kritik tim nasional (Timnas) Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) soal pembangunan tanggul raksasa atau Giant Sea Wall di sepanjang jalur pantai utara. Airlangga menyebut pembentukan Giant Sea Wall itu sudah melalui studi ekologi.

“Pertama Giant Sea Wall itu sudah dilaksanakan secara bertahap jadi di Semarang kita bangun jalan tol Semarang-Demak dan dalam pembangunannya sudah ada studi ekologi,” kata Airlangga di Kantor Perum Bulog Labuan Bajo, Komodo, Manggarai Barat, NTT, Senin (15/1/2024).

Airlangga menekankan masalah lingkungan yang dikhawatirkan Timnas AMIN sudah diperhatikan. Dia memastikan pembangunan proyek itu tidak akan mengganggu ekosistem.

“Jadi tentu masalah lingkungan sudah diperhatikan dan Giant Sea Wall itu ada pintu-pintu airnya, sehingga tidak mengganggu ekosistem baik itu pohon bakau ataupun untuk perikanan,” kata Airlangga.

Lebih lanjut, Airlangga mengatakan satgas pembangunan Giant sea Wall sudah dibicarakan oleh Kementerian Perekonomian. Dia menyebut perlunya kerja sama seluruh pihak untuk mencegah potensi tenggelamnya daratan.

“PSN (program strategis nasional itu ada di kantor Menko, jadi tadi kita akan membentuk, kemarin itu kan tidak terlalu terintegrasi karena yang sudah disediakan dananya itu DKI kemudian Semarang padahal yang juga masuk tenggelam, juga turun, itu juga Pekalongan. Nah, kita mau mengintegrasi dari barat ke tengah dulu sehingga tentu ini akan memerlukan kerja sama seluruh pihak KKP, ATR kemudian Pemda,” imbuhnya.

Sebelumnya, Anggota Dewan pakar Timnas AMIN, Ahmad Nur Hidayat mengkritik terkait program Giant Sea Wall di sepanjang jalur Pantura. Ia menilai proyek tanggul raksasa itu justru akan menimbulkan banyak kerusakan lingkungan.

“Saya kira ini ada banyak hal yang akan merusak ya dari proyek ini terutama adalah lingkungan,” kata Ahmad dalam Diskusi Publik tentang Pembangunan Kota-Kota di Indonesia agar Setara dengan Jakarta di Sekretariat Koalisi Perubahan, Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, Jumat (12/1/2024).

Ahmad menyebut program tersebut juga dapat menghilangkan potensi mata pencaharian nelayan tradisional di pesisir pantai. Menurutnya, hal itu menyulitkan nelayan dalam mencari ikan di laut.

“Kalau ada giant itu kan nelayan-nelayan kita yang tradisional yang harusnya bisa melaut kapanpun itu kan enggak bisa lagi leluasa, dia harus punya kayak tempat tempat khusus yang belum tentu dekat sama wilayah mereka. Jadi anda bisa membayangkan berapa banyak nelayan yang akan kehilangan mata pencaharian dengan konsep giant sea ini,” imbuhnya.****

Pos terkait