Fajarasia.id – Penampungan terlalu padat, pengungsi di Gaza selatan hadapi ancaman epidemi yang diperkirakan terjadi dalam waktu dekat. Menurut Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza, tim medis di kamp-kamp pengungsi telah menangani 325.000 kasus penyakit menular, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya bencana kesehatan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memperingatkan bahwa situasi kesehatan di tempat-tempat penampungan di Gaza selatan sangat memprihatinkan, dengan ribuan pengungsi menghadapi bahaya kematian akibat penyebaran epidemi dan penyakit menular, malanutrisi, kekurangan air minum, serta kebersihan individu yang buruk.
Saat ini, sekitar 120.000 kasus infeksi pernafasan akut dan 86.000 kasus diare telah dilaporkan, sebut WHO, yang menambahkan bahwa terdapat juga kasus penyakit kuning, campak, dan meningitis.
“Kami sedang melihat gejala-gejala masalah pencernaan, demam tinggi, wabah penyakit kulit, infeksi pernafasan termasuk flu dan pilek, serta penyebaran campak di kalangan anak-anak di tempat penampungan sementara setiap harinya,” kata Al-Hams.
Suhayb Al-Hams, direktur Rumah Sakit Khusus Kuwait di Rafah, mengatakan bahwa ruang gawat darurat di rumah sakit tersebut telah menerima lebih dari 1.000 kasus akibat penyebaran penyakit, termasuk penyakit pernafasan, diare, virus hepatitis, berbagai penyakit kulit, demam tinggi, dan meningitis.
Menurut perkiraan PBB, hampir 1,9 juta orang di Gaza, atau sekitar 85 persen dari total populasi, menjadi pengungsi, dan sebagian bahkan telah beberapa kali mengungsi.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya menampung sekitar 1,3 juta pengungsi di 154 fasilitas yang terdapat di seluruh penjuru Gaza, termasuk lebih dari 1,1 juta pengungsi di 97 tempat penampungan di wilayah tengah dan selatan. Angka ini sembilan kali lipat dari kapasitas yang direncanakan badan tersebut.
Sementara itu, Gaza Municipality Union memperingatkan soal penumpukan sampah di lingkungan tempat tinggal di tengah tantangan berat yang dihadapi tim-tim pengurus kota dalam mengumpulkan sampah akibat serangan udara Israel dan kekurangan bahan bakar
Tim-tim tersebut menghadapi pembatasan dalam mengakses lokasi pembuangan sampah utama di pinggiran Gaza, yang setiap hari menghasilkan 2.000 ton limbah, sehingga menimbulkan ancaman bahaya kesehatan dan bencana lingkungan yang signifikan.***