Khutbah Jumat: Integritas dan Profesionalisme Kerja dalam Islam

Khutbah Jumat: Integritas dan Profesionalisme Kerja dalam Islam

Fajarasia.id – Pada dasarnya, bekerja merupakan sebuah keharusan bagi setiap individu agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih bagi kaum laki-laki ketika mempunyai keluarga maka bertanggung jawab memberikan nafkah kepada anggota keluarganya. Namun, belakangan ini banyak berita yang tidak mengenakkan dalam dunia kerja.

Naskah khutbah Jumat berikut ini dengan judul: “Khutbah Jumat: Integritas dan Profesionalisme Kerja dalam Islam”. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Segala pujian kita kembalikan kepada pemilik aslinya, yaitu Allah swt. Karena pada dasarnya beragam pujian yang kita terima merupakan pemberian dan pertolongan Allah. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita tercurah kepada Nabi Muhammad saw, serta keluarga dan para sahabatnya yang telah konsisten memberikan tauladan kepada kita, khususnya tauladan dalam beriman dan berislam.

Dengan begitu, kita selaku generasi penerus akan terpacu untuk meningkatkan kualitas ketakwaan. Kita akan semakin sadar bahwa kita hanyalah hamba yang rendah dan hina, yang sama sekali tidak dapat mengandalkan amal ibadah yang kita lakukan selama ini. Sebab amal ibadah tersebut masih sangat jauh dengan generasi emas Islam tersebut.

Maka dari itu, marilah kita senantiasa bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan meningkatkan kualitas ketakwaan pada setiap harinya. Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Akhir-akhir ini kita mendengar banyak berita yang menunjukkan tidak adanya integritas dan profesionalisme dalam bekerja.

Misalnya, melakukan tindakan-tindakan yang mencederai diri dan komitmen bekerja seperti perbuatan asusila, melanggar etika, korupsi, dan sebagainya. Ini menunjukkan buruknya kualitas seseorang dalam bekerja.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam sejarah Islam, terdapat kisah yang menunjukkan tidak adanya profesionalisme dalam bekerja. Seperti tragedi perang Uhud, yang membuat Nabi dan para sahabatnya diserang balik oleh para musuh sehingga membuat kelompok Islam mundur dan kalah. Ini akibat dari sikap para sahabat yang tergiur terhadap harta ghanimah sehingga menjadikan mereka tidak disiplin sebagaimana arahan nabi Muhammad saw.

Namun para sahabat segera menyadari kesalahan tersebut. Mereka menjadikan perang Uhud sebagai pelajaran berharga agar tidak sampai terulang kembali. Alhasil, pada perang-perang berikutnya para sahabat melakukannya sesuai arahan dan strategi yang telah disepakati bersama Nabi.

Di era saat ini, tidak adanya integritas dan profesionalisme dalam bekerja dan menjalankan amanat jabatan sering kita dengar di berbagai kesempatan. Padahal kedua aspek ini mestinya dijadikan prinsip sekaligus komitmen dalam melakukan sebuah pekerjaan, terlebih pekerjaan yang menyangkut hajat banyak orang. Sebab pada dasarnya sebuah pekerjaan itu merupakan amanah, maka sudah seyogyanya amanah harus ditunaikan sebagaimana mestinya. Allah berfirman di surat an-Nisa’: 58:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.”

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah, Agama Islam sendiri mengajarkan agar ketika bekerja hendaknya kita melakukannya secara optimal dan penuh tanggung jawab. Hal ini sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan imam al-Thabrani di dalam kitab al-Mu’jam al-Awsath:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai seseorang ketika mengerjakan sebuah pekerjaan dilakukan dengan profesional.”

Patut menjadi catatan di sini bahwa profesionalisme bukan berarti harus serba sempurna. Akan tetapi profesionalisme di sini bermakna sungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kapasitas dan kredibilitasnya.

Kedua aspek inilah yang perlu kita sadari bersama. Kita harus mengaca dan merenung akan bakat dan kemampuan kita masing-masing. Apabila memang pada dasarnya pekerjaan itu bukan bidang kita namun

kita tetap memaksakan diri untuk mengerjakannya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan maksimal. Bahkan bisa saja masuk pada pepatah ‘jauh panggang dari api.’ Diakui atau tidak, banyak pekerjaan di sekitar kita yang dilakukan oleh bukan ahlinya.

Di dunia pendidikan, kantor, perusahaan, wirausaha, dan bidang lainnya, seringkali proses rekrutmen dan penentuan jabatan dan pekerjaannya bukan berdasarkan kapasitas, melainkan berdasarkan kedekatan, baik personal maupun sosial.

Kita harus mengingat ultimatum yang pernah disabdakan Nabi sebagaimana diriwayatkan imam al-Bukhari di dalam kitab Shahih-nya:

إِذَا وُسِّدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ

Artinya: “Apabila sebuah urusan diberikan kepada bukan ahlinya maka tunggulah waktu kebinasaannya.”

Dalam hadits ini Nabi hendak menegaskan agar kita memberikan mandat kepada seseorang yang memang mempunyai kapasitas sesuai bidangnya, sehingga yang bersangkutan dapat mengerjakan mandat tersebut secara profesional. Ini yang pertama.

Yang kedua, kita juga harus jujur kepada diri sendiri mengenai kapasitas kita sendiri. Kita tidak boleh terlena dengan gaji atau upah yang dijanjikan sehingga membuat lupa diri terhadap kapasitas yang kita miliki. Bila memang tidak mampu untuk mengemban sebuah jabatan atau pekerjaan, maka lebih baik tidak menyentuh ranah tersebut sama sekali.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Badruddin al-‘Aini ketika mengomentari hadits tersebut di dalam kitabnya, ‘Umdah al-Qari syarh Shahih al-Bukhari, mengatakan bawah maksud ‘urusan’ di situ adalah urusan-urusan yang berkaitan dengan agama, seperti ketatanegaraan, putusan pengadilan, dan fatwa persoalan agama.

Ada pendapat juga yang mengatakan bahwa bisa saja urusan tersebut tidak berkaitan dengan agama secara an sich.

Jika kita cermati lagi, memang tampaknya hadits tersebut berbicara urusan secara umum, sehingga tidak terbatas pada urusan agama saja. Dengan demikian, urusan duniawi juga menjadi objek dari peringatan tersebut.

Dan itu sudah terbukti dalam kehidupan kita sehari-hari ketika melihat sebuah pekerjaan dilakukan oleh orang yang tidak mempunyai kapasitas di pekerjaan itu, maka akan tidak maksimal.

Inilah yang menjadi PR kita bersama demi membangun peradaban yang lebih baik. Kita gali potensi dan bakat kita agar dapat memberikan kontribusi yang optimal bagi dunia, minimal di lingkungan sekitar.

Dunia saat ini serba berlomba-lomba dalam berbagai aspek, sehingga bila kita hanya menjadi penonton atau objek, maka kita selaku umat Islam akan tertinggal jauh. Marilah kita fokus mengembangkan kapasitas yang sudah kita miliki saat ini dengan memperbanyak belajar.

Kemudian kita mengambil peran sesuai dengan kapasitas kita sehingga integritas dan profesionalisme dapat terealisasi. Dunia kerja yang sedang kita jalani hari ini seyogyanya dilakukan dengan semaksimal mungkin.

Setiap profesi yang melekat pada diri kita pasti masih bisa dikembangkan. Maka bekerja secara profesional pada sejatinya tidak terlena dengan zona nyaman. Dengan kata lain, kita tidak boleh merasa cukup atas kapasitas dan kemampuan yang kita miliki saat ini.

Sebab profesionalisme meniscayakan adanya berbagai perubahan dan inovasi jitu yang sekiranya mampu menciptakan kehidupan yang lebih baik. Begitu pula dengan integritas mengandalkan pada kejujuran dalam setiap pekerjaan yang kita tekuni.

Bila kita berintegritas dalam bekerja, kita akan menjadi ‘pribadi yang seharusnya’, bukan ‘yang seenaknya’. Kita akan mengerahkan seluruh kemampuan kita demi memberikan hasil yang terbaik. Serta, tidak ada kata menyerah dalam kamus bekerja kita.

Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah,

Penting juga untuk dipertegas di sini bahwa melaksanakan ibadah dan kewajiban agama lainnya juga termasuk dari sebuah pekerjaan. Maka dari itu, bagaimana caranya kita mengerjakan berbagai kewajiban agama kita secara profesional.

Ibadah shalat, puasa, sedekah, dan lainnya, baik yang fardhu maupun yang sunnah, yang personal maupun yang sosial, kita lakukan dengan maksimal. Dengan demikian, kita bukan hanya akan menjadi pribadi yang baik di mata manusia, melainkan juga akan mendapatkan derajat yang tinggi di hadapan Allah. Semoga kita dapat melakukan itu semua seiring taufik dan hidayah-Nya. Amin

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

 

 

 

 

 

 

 

 

Pos terkait