Fajarasia.id – Insiden penembakan terhadap calon Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengindikasikan semakin panasnya suhu politik Negara Paman Sam. Ini karena banyak masyarakat AS yang mengaitkan peristiwa pada Sabtu (13/7/2024) waktu setempat itu dengan lawan politiknya.
Meski begitu, pemilihan presiden tentunya akan mengubah dinamika politik suatu negara. Kemudian, negara yang menggunakan sistem partai juga akan mampu mengubah dinamika internal partai.
Pemilihan presiden juga tidak terlepas dari latar belakang para kandidat. Cepat atau lambat masyarakat akan mengetahui siapa sesungguhnya orang yang mereka pilih itu.
Bagaimana dinamika perpolitikan Amerika Serikat tahun 2024? Berikut ulasannya dikutip dari laman New York Times pada Senin (15/7/2024).
1. Pengaruh Amerika Serikat di Ranah Internasional
Tahukah Anda jika AS mempunyai pengaruh besar di ranah International? Karena itulah negara tersebut dijuluki sebagai negara adidaya.
Kiprahnya di lingkup hubungan internasional sudah tidak diragukan lagi. Walaupun sering kali terjadi pro dan kontra dari negara lain, misalnya dengan hak vetonya di PBB.
Dengan memiliki hak tersebut, AS bisa menggunakan haknya menghentikan upaya penyelesaian konflik secara sepihak. Misalnya pada konflik antara Israel dan Palestina di mana negara ini sangat mendukung Israel.
2. Joe Biden vs Donald Trump
Tidak bisa dipungkiri jika keduanya sangat berpengaruh penting bagi kehidupan masyarakat AS. Saking berpengaruhnya, keduanya juga digadang-gadang sebagai penyebab semakin memanasnya politik negara tersebut.
Walaupun Biden dan Trump sudah berusia lanjut, pengaruhnya kepada partai masing-masing patut diperhitungkan. Bagi mereka berdua, umur bukanlah penghalang.
Jika merunut kembali pada era kejayaan Trump, dia memiliki total kekayaan mencapai USD3,1 miliar. Trump sendiri merupakan seseorang yang sangat mendefinisikan keasliannya, mulai dari gagasan berdemokrasi dan menyampaikan pendapat.
Namun, Trump juga juga memiliki kendala berupa persepsi masyarakat sebagai seorang yang rasialis. Dia diketahui memiliki kebencian mendalam kepada kaum minoritas berkulit hitam dan kelompok feminisme.
Berbeda dengan Biden yang akan mencalonkan dirinya kembali. Dia dianggap sebagai seseorang yang mampu menyaingi Donald Trump.
Meski begitu, Biden tidak memiliki kekuatan lebih untuk melanjutkan jabatannya. Ini karena kesalahan-kesalahannya saat ini, salah satunya dengan dukungannya kepada Israel terkait agresi ke Palestina.
Namun, masih banyak warga AS yang menginginkan Biden menjadi Presiden. Ini karena berbagai kebijakannya yang populer seperti aborsi dan penggunaan senjata.
3. Potensi Kandidat Lain
Selain Biden dan Trump, sejumlah nama kandidat lain muncul untuk memecah suara mereka. Misalnya mantan Gubernur California, Gabin Newsom dan mantan Gubernur South Carolina, Nikki Haley.
Kemudian Robert Kennedy Jr. yang ingin keluar dari Partai Demokrat setelah kalah dari Biden pada jajak pendapat nasional. Berasal dari keluarga elite AS, dia adalah putra mantan Jaksa Agung AS, Robert Francis Kennedy, yang tewas terbunuh pada 1968.
Dilansir dari floridabet.com, Trump memiliki presentase suara terbanyak yaitu 44 persen diikuti Biden dengan 31 persen. Sedangkan kandidat lainnya hanya di bawah level 10 persen, kecuali Gavin Newsom yang mencapai 15 persen.
4. Kembali pada Warga AS
Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat AS, Trump memang jadi pilihan jika rakyat menginginkan ekonomi sejahtera. Namun, mereka harus bersabar menghadapi sifat Trump yang cenderung seperti diktator.
Sedangkan Biden berusaha meyakinkan rakyatnya dengan fokus kepada kebijakan negeri. Yang pasti, keduanya sangat bersifat ofensif dan sering aling serang satu sama lainnya.
Meski mungkin warga AS tidak suka pada keduanya, tetapi akhirnya mereka akan memilih satu dari Biden atau Trump. Tentunya warga AS yang akhirnya menentukan wajah negara itu untuk empat tahun ke depan. ****