Fajarasia.id – Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai, gaya hidup tinggi di jajaran kepolisian menjadi akar terjadinya kasus polisi menembak rekan sendiri.
“Perilaku tersebut, indikasinya karena pragmatisme dan materialisme yang melingkupi jajaran kepolisian dari elit yang memberi ketauladanan, diikuti bawahan yang mencontoh dan terpaksa mengikuti gaya hidup atasan,” ujar Bambang, ketika dihubungi, Sabtu (23/11/2024).
Perilaku yang berakar dari materialistik tersebut, tercermin dalam gaya hidup hedonis dan sikap pragmatis saat pengambilan keputusan. Karena semua keputusan hanya berdasar ukuran materi.
Dari persoalan gaya hidup tinggi itu, kemudian berimplementasi di lapangan dengan cara menerobos aturan untuk mengumpulkan kekayaan, salah satunya menjadi beking usaha ilegal. Mulai dari tambang, logging, fishing maupun judi daring.
“Ini menambah deret hitung dari kasus kematian di internal kepolisian yang disebabkan konflik antaranggota,” kata Bambang.
Oleh karena itu, ia menilai, peristiwa penembakan yang dilakukan oleh anggota Polri di Solok Selatan, Sumatera Barat, tidak bisa dipandang normatif dan harus dicari akar masalah.
“Terkait peristiwa penembakannya, ini bukanlah yang pertama dan seringkali berulang,” kata Bambang
Seorang perwira polisi diduga menembak rekan perwiranya sendiri dengan senjata api di Kepolisian Resor Solok Selatan. Korban dalam insiden ini adalah Kasat Reskrim Polres Solok Selatan, AKP Ulil Ryanto Anshari.
Sementara itu, terduga pelaku penembakan adalah Kabag Ops Polres Solok Selatan AKP Dadang Iskandar (57), saat ini masih dalam pengejaran pihak berwenang.
Insiden ini terjadi di Markas Polres Solok Selatan, tepatnya di Jorong Bukit Malintang Barat, Nagari Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Peristiwa yang melibatkan dua anggota kepolisian ini berlangsung pada Jumat (22/11/2024) sekitar pukul 00.43 WIB.****