fajarasia.id – Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengakui harga mobil di Indonesia tinggi. Bahkan kenaikan harganya lebih tinggi dari kenaikan pendapat rata-rata masyarakat per tahun.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara menyebut kenaikan pendapatan masyarakat rata-rata hanya sebesar 3 persen. Sementara itu, kenaikan harga mobil rata-rata 7 persen.
“Akhirnya otomatis mempersulit peningkatan penjualan kendaraan di Indonesia. Karena, kenaikan pendapatan masyarakat tidak bisa mengejar kenaikan harga kendaraan,” katanya Rabu (19/2/2025).
“Apalagi kelompok kelas menengah yang selama ini menjadi market terbesar penjualan kendaraan banyak yang turun kelas. Belum lagi kondisi ekonomi global yang belum membaik dan daya beli masyarakat yang belum naik signifikan juga menjadi penyebab turunnya penjualan kendaraan.”
Gaikindo, kata Kukuh, berharap sejumlah kebijakan di bidang industri otomotif dan paket kebijakan ekonomi pemerintah bisa mendongkrak penjualan tahun ini. “Pemerintah sudah memberikan insentif pajak bagi kendaraan hybrid atau ramah lingkungan dan mempermudah masuknya merk-merk mobil yang harganya lebih murah,” lanjut Kukuh.
“Kami juga berharap paket kebijakan ekonomi yang baru saja disampaikan oleh presiden juga bisa menaikan daya beli masyarakat. Sehingga paling tidak masyarakat bisa membeli kendaraan dengan cara kredit.”
Menurut data terbaru Gaikindo , total penjualan mobil secara wholesales tercatat sebesar 61.843 unit atau turun 11,3 persen dari tahun ke tahun pada Januari 2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 69.758 unit. Sementara itu, penjualan ritel juga turun 18,6 persen dari tahun ke tahun menjadi 63.858 unit pada Januari 2025, dibandingkan 78.437 unit pada periode yang sama di 2024.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kondisi pasar otomotif nasional sedang lesu. Dia berharap semua stakeholders termasuk pemerintah perlu memberikan terobosan-terobosan agar konsumen bisa kembali memiliki minat belanja otomotif.****