Fajarasia.id – Sedikitnya 10 orang, termasuk dua personel penegak hukum, tewas dalam rentetan tindak kekerasan yang mengguncang Ekuador awal pekan ini. Tindak kekerasan yang berkaitan dengan geng-geng kriminal itu marak setelah seorang gembong narkoba terkenal di negara itu berhasil kabur dari penjara yang dijaga ketat.
Kaburnya sang gembong narkoba itu bahkan memicu penetapan keadaan darurat oleh pemerintah Ekuador, dengan perburuan besar-besaran sedang berlangsung.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/1/2024), Presiden Ekuador Daniel Noboa, yang menjabat sejak November tahun lalu, menyebut situasi terkini di negaranya itu sebagai “konflik bersenjata internal”.
Kepala kepolisian setempat, dalam konferensi pers, menyebut rentetan serangan melanda kota pelabuhan Guayaquil pada Selasa (9/1) waktu setempat.
Sedikit delapan orang tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka dalam rentetan serangan di Guayaquil tersebut.
Dalam pernyataan terpisah via media sosial X, kepolisian setempat menyebut dua personel penegak hukum telah “dibunuh dengan kejam oleh sejumlah penjahat bersenjata” di kota Nobol, yang terletak tak jauh dari Guayaquil.
Seorang gembong narkoba dan gangster terkenal di Ekuador bernama Jose Adolfo Macias alias Fito, yang dikenal sebagai pemimpin geng kriminal Los Choneros yang berpengaruh di negara itu, kabur dari penjara dengan keamanan ketat di Guayaquil pada Minggu (7/1) waktu setempat, saat polisi melakukan inspeksi.
Fito telah menjalani hukuman 34 tahun penjara atas tindak kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba dan pembunuhan sejak tahun 2011. Ini merupakan kedua kalinya dia kabur dari penjara — yang terakhir terjadi tahun 2013 lalu sebelum dia ditangkap kembali usai tiga bulan buron.
Menanggapi situasi itu, Noboa mengumumkan penetapan keadaan darurat dan pengerahan tentara selama 60 hari di jalanan dan penjara-penjara Ekuador terhitung sejak Senin (8/1) waktu setempat.
Keadaan darurat itu, menurut Noboa, akan memberikan “semua dukungan politik dan hukum” kepada anggota Angkatan Bersenjata Ekuador yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dalam pertempuran melawan “teroris narkotika”.
Noboa menambahkan bahwa akan ada pemberlakuan jam malam mulai pukul 23.00 waktu setempat hingga pukul 05.00 waktu setempat setiap hari selama keadaan darurat berlangsung.
Kaburnya gembong narkoba itu dari penjara sempat memicu kerusuhan di penjara-penjara yang tersebar di enam provinsi di negara tersebut. Para sipir penjara disandera di beberapa lembaga pemasyarakatan yang dilanda kerusuhan. Namun dilaporkan tidak ada korban luka dalam kerusuhan itu.
Tidak hanya kerusuhan, sekelompok orang bersenjata juga menyerbu studio sebuah stasiun televisi publik di Guayaquil. Berdasarkan rekaman siaran langsung, kelompok bersenjata itu menyandera beberapa jurnalis dan staf TV.****