Fajarasia.id – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia meluncurkan buku berjudul “Those Not Left Behind” sebagai bagian upaya untuk menunjukkan langkah-langkah yang telah mereka lakukan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) di Indonesia.
“Pembangunan di dunia telah menghasilkan banyak kekayaan, tetapi juga menimbulkan banyak kesenjangan. Dan di seluruh dunia, terdapat orang-orang yang luput dari perhatian dan akhirnya tertinggal,” kata Kepala Perwakilan PBB untuk Indonesia Valerie Julliand dalam sebuah rilisnya yang diterima Redaksi pada Jumat (22/3/2024).
Valerie mengatakan buku tersebut bercerita tentang kesaksian 22 individu yang memperoleh manfaat dari dukungan yang diberikan oleh PBB bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia.
“Kami bertanya kepada mereka bagaimana kehidupan mereka berubah dan apa dampak yang mereka terima dari pekerjaan yang kami lakukan,” kata Valerie lebih lanjut tentang isi buku tersebut.
Buku tersebut, kata dia, merupakan sebuah pengingat bahwa pembangunan harus memberi manfaat bagi semua segmen masyarakat, terutama mereka yang paling membutuhkan – yang terabaikan, yang terpencil, dan yang terlupakan.
“Inti dari pembangunan berkelanjutan terletak pada janji kolektif kita untuk tidak meninggalkan siapa pun. Buku ini menghidupkan kisah-kisah individu yang hidupnya telah berubah menjadi lebih baik melalui upaya bersama kita,” kata Valerie.
Ditulis berdasarkan kehidupan nyata 22 orang di Indonesia yang memperoleh dukungan PBB, buku tersebut bercerita mulai dari pemadam kebakaran di lahan gambut Riau hingga pendidik di sekolah kebutuhan khusus di Jawa Barat.
Buku tersebut juga bercerita tentang pengungsi yang menawarkan harapan melalui pendidikan, CEO yang memperjuangkan kesetaraan gender, dan kisah pengalaman hidup lainnya yang menggambarkan pekerjaan PBB di Indonesia.
“Kisah-kisah dalam halaman ini lebih dari sekadar kisah tentang bantuan dan kemajuan; para individu ini adalah bukti ketahanan dan semangat rakyat Indonesia. Mereka mengingatkan kita pada inti misi kami di sini – untuk menegakkan martabat dan hak setiap individu,” tambah Julliand.
Selain peluncuran buku, dalam kesempatan tersebut PBB di Indonesia juga meluncurkan studi kedua tentang orang-orang yang selama ini dinilai tertinggal dari perkembangan pembangunan.
Studi kedua tersebut adalah untuk menindaklanjuti studi pertama yang mengidentifikasi beberapa kelompok yang dianggap tertinggal dari pembangunan, yang di antaranya adalah penyandang disabilitas, orang-orang berusia lanjut, para janda, orang-orang yang tinggal di daerah pesisir, orang-orang dari minoritas seksual, penduduk asli, perempuan, dan anak-anak.
Pada studi kedua, PBB di Indonesia berfokus kelompok disabilitas yang berada di daerah terpencil, khususnya di daerah Papua dan Sumba di Nusa Tenggara Timur.
Laporan studi tersebut memberikan wawasan tentang pengembangan sistem ketahanan yang dapat berdampak positif pada kehidupan orang dengan disabilitas yang tinggal di daerah terbelakang.
Temuan dalam laporan tersebut juga menyoroti tantangan spesifik yang dihadapi oleh orang dengan disabilitas dan menguraikan wawasan strategis untuk mendorong pembangunan inklusif.
Studi tersebut lebih lanjut menekankan pentingnya mengadopsi pendekatan berbasis hak, mengembangkan solusi spesifik pada konteks, dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan.***