“Cintaku” hingga “Pupus” disuguhkan dalam versi keroncong di IKJ

"Cintaku" hingga "Pupus" disuguhkan dalam versi keroncong di IKJ

Fajarasia.id – Lagu “Cintaku” karya Chrisye hingga “Pupus” dari Dewa 19 disuguhkan dalam versi keroncong oleh Grup Keroncong Pohon Hayat di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Pertunjukan musik oleh grup keroncong IKJ tersebut dimulai sekitar pukul 19.30 WIB dan berakhir sekitar pukul 21.00 WIB, dengan sedikitnya 10 lagu yang dibawakan oleh para musisi yang dipimpin oleh Komposer Liliek Tri Cahyono dengan Direktur Musik Joko Widodo.

“Grup ensemble Keroncong Pohon Hayat ini memang lahir dari akademisi, anak-anak musik semua itu, kami berusaha menampilkan bagaimana lagi sih keroncong, apakah yang konvensional, atau tradisi seperti itu harus ada kemajuan, jadi ditambahkan dengan unsur modern agar lebih banyak peminatnya,” kata Liliek Sabtu (26/10/2024).

Konser dibuka dengan lagu daerah asal Betawi, “Jali-Jali”, yang dipopulerkan oleh M. Sagi dan diakhiri dengan lagu “Ikan dalam Kolam” karya Husein Bawaffie.

Selain “Cintaku”, “Pupus”, “Jali-Jali”, dan “Iklan dalam Kolam”, lagu dari grup musik asal Jakarta Sisitipsi berjudul “Kopral Jono” juga dibawakan dalam pertunjukan keroncong modern tersebut.

“Dari cara pengemasan lagunya, pilihan kami menggabungkannya dengan musik modern, jadi ternyata harus mengemas keroncong sedemikian rupa supaya orang tidak bosan mendengarkan,” ucap Liliek.

Dalam konser tersebut juga dipaparkan fakta tentang asal-mula musik keroncong di Indonesia yang awalnya dimainkan oleh kaum Mardijker atau sekelompok bekas tawanan perang yang diperoleh Belanda dan diasingkan di Batavia.

Sekitar 23 orang dari kaum Mardijker tersebut kemudian dibebaskan dan memainkan musik yang awalnya dinamai dengan istilah “Crong-Crong”.

Beberapa instrumen musik untuk bermain keroncong diantaranya ukulele, gitar, flute, biola, selo, dan kontrabas.

Liliek berharap, ke depan musik keroncong dari Indonesia bisa terus maju dengan ciri khasnya sendiri.

“Suatu saat semoga kita mempunyai orkestra yang lebih baik lagi, kita punya ciri khas sendiri,” tutur Liliek.***

Pos terkait