Fajarasia.id – Perang di Gaza disebut-sebut bukanlah ancaman besar bagi perdamaian dunia dan keamanan internasional. Menurut analisis Al Jazeera, ancaman Houthi, kelompok dari Yaman, bisa jauh lebih buruk daripada perang Israel dan Hamas saat ini.
Houthi Yaman bisa sangat membahayakan pelayaran melalui Bab el-Mandeb antara Laut Merah dan Samudera Hindia. Ini merupakan jalur pelayaran strategis terbesar ketiga dunia untuk pengiriman minyak setelah Selat Hormuz dan Malaka, yang membawa enam juta barel setiap hari, terutama ke Eropa.
Dengan melewati jalur itu, rata-rata kapal yang melaju dengan kecepatan 16 knot (30km/jam) akan membutuhkan waktu sembilan hari lebih sedikit dibandingkan mengelilingi Afrika. Hal ini juga lebih murah dan diperkirakan menghemat setidaknya 15% biaya transportasi.
Namun dengan serangan Houthi yang terus menerus, akibat kemarahan Israel menyerang Gaza, pelayaran menjadi riskan. Ini bisa meningkatkan tarif asuransi, kompensasi bahaya bagi awak kapal, dan biaya lainnya.
Awalnya harga minyak pasti akan melonjak. Dalam laporan CNBC International, ada potensi harga naik hingga US$ 250 ribu per barel.
Kemudian ini pasti akan disusul dengan komoditas lain. Inflasi akan meningkat di sejumlah negara dan mengancam kembali munculnya resesi.
Lalu Bisakah Serangan Houthi Dihentikan?
Analisis tersebut menyebut bisa dengan langkah awal melalukan diplomasi. Namun hampir tidak ada negara yang mengakui Houthi atau berbicara dengan mereka, apalagi memiliki pengaruh.
“Satu-satunya pengecualian adalah Iran, yang pada prinsipnya mendukung Houthi tetapi tidak mengendalikan mereka. Tidak ada yang tahu hubungan mereka saat ini, tetapi jika Iran memang tidak ingin konflik meningkat, maka kelompok Houthi mungkin akan bertindak bertentangan dengan saran yang lebih baik. Jadi, Iran pun mungkin tidak bisa berbuat banyak,” demikian analisis tersebut.
Sementara sanksi tidak akan berhasil dilakukan. Karena sebelumnya berbagai sanksi yang dijatuhkan terhadap Yaman gagal menghentikan pertempuran di sana selama sekitar satu dekade terakhir.
Drone Kapal Denmark
Diketahui dalam laporan Jumat (15/12/2023), kelompok Houthi masih terus menyerang kapal-kapal yang menuju Israel. Terbaru pemberontak di Yaman itu menargetkan kapal kargo yang diidentifikasi sebagai Maersk Gibraltar dengan sebuah drone saat kapal tersebut berlayar di Laut Merah.
“Operasi penargetan kapal tersebut dilakukan setelah awak kapal menolak menjawab panggilan angkatan laut Yaman,” kata kelompok tersebut, seraya menambahkan bahwa mereka telah mencegah beberapa kapal tujuan Israel berlayar di lepas pantai Yaman dalam 48 jam terakhir.
Houthi telah berjanji untuk memblokir kapal-kapal yang menuju ke Israel melewati Selat Bab al-Mandab yang strategis. Ini sampai Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Perusahaan pelayaran Denmark pemilik Maersk Gibraltar mengatakan muatannya sedang menuju ke Arab Saudi. Peristiwa ini sangat disayangkan.
“Serangan baru-baru ini terhadap kapal komersial di Selat Bab al-Mandab sangat memprihatinkan. Situasi saat ini membahayakan nyawa pelaut dan tidak berkelanjutan bagi perdagangan global,” kata AP Moller-Maersk, seperti dilansir kantor berita Reuters.
Sebelumnya Selasa, sebuah tanker minyak berbendera Norwegia juga diserang rudal di laut yang sama. Kapal yang bernama Strida itu terbakar saat melintasi laut yang membentang dari Afrika Timur ke Semenanjung Arab di lepas pantai Yaman.
“Strinda, kapal yang dimiliki dan dioperasikan Norwegia, diserang sekitar tengah malam waktu setempat, pada hari Senin,” kata Komando Pusat Amerika Serikat (CENTCOM) dikutip Al-Jazeera.
“Kapal itu diserang oleh apa yang diperkirakan merupakan Rudal Jelajah Anti-Kapal (ASCM) yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi saat melewati Bab-el-Mandeb”, tambahnya.
Kapal perang Prancis juga ditembak drone di Laut Arab, akhir pekan. Kapal milik Inggris pekan lalu, yang melewati Laut Merah, pun dilaporkan terkena tembakan roket minggu lalu.
Sementara itu, Houthi juga menyandera kapal lain Galaxy Leader. Houthi menegaskan tak akan berhenti sampai Israel menyetop serangan di Gaza.