Rupiah Turun 68 Poin Jadi Rp16.210/Dolar AS

Rupiah Turun 68 Poin Jadi Rp16.210/Dolar AS

Fajarasia.id – Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (8/1/2025). Menurut Bloomberg, rupiah turun 0,42 persen atau 68 poin ke posisi Rp16.210 per dolar AS.

Analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mencermati data ekonomi AS yang mendorong pelemahan rupiah. Misalnya data lowongan kerja yang melebihi perkiraan serta Indeks Manajer Pembelian (PMI) Desember 2024 yang juga meningkat.

“Indeks PMI yang kuat memicu kekhawatiran meningkatnya inflasi,” ujarnya. Menurut Ibrahim, Inflasi dan pasar tenaga kerja yang menguat memberi sedikit dorongan bagi pemangkasan suku bunga.

The Fed telah memperingatkan hal itu pada rapat pimpinan Desember 2024. Komentar hawkish (ketat) dari pejabat bank sentral AS itu menegaskan kembali gagasan tersebut di awal minggu.

Pasar juga menunggu Tiongkok merilis angka inflasi Desember 2024 pada Kamis (9/1/2025). Ini akan memberikan isyarat ekonomi lainnya karena Beijing masih berjuang untuk menopang pertumbuhan ekonominya.

Beijing mengecam keputusan AS terhadap raksasa teknologi Tencent Holdings Ltd dan produsen baterai Tesla Inc Contemporary Amperex Technology. Kedua perusahaan itu dimasukkan ke dalam daftar hitam dengan tuduhan memiliki hubungan dengan militer AS.

“Langkah tersebut akan semakin memperburuk hubungan Tiongkok dan AS,” ucap Ibrahim. Apalagi saat Presiden Terpilih AS, Donald Trump, baru bersiap mengenakan tarif perdagangan tinggi pada Tiongkok.

Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa Indonesia yang menguat pada akhir Desember 2024. Cadangan devisa tercatat sebesar USD155,7 miliar, naik dibandingkan pada akhir November 2024 sebesar USD150,2 miliar.

“Kenaikan posisi cadangan devisa bersumber dari penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah,” ujar Ibrahim. Jumlah cadangan devisa setara pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor, dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

BI juga menyebutkan cadangan devisa hingga akhir Desember 2024 berada di atas standar kecukupan internasional. Cadangan devisa tersebut dinilai mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.****

Pos terkait