Fajarasia.id – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) memberikan pendampingan terhadap 15 orang Pekerja Migran Indonesia atau PMI. Mereka mendapatkan fasilitas tersebut lantaran telah ditetapkan sebagai tersangka dalam insiden bentrokan antar kelompok pencak silat di Taiwan.
“Hak setiap tersangka, walaupun itu salah. Kita tetap akan memberikan pendampingan untuk mereka,” ungkap Nugroho Y Aribhimo, Direktorat Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia dari Kemlu, Minggu (17/9/2023).
Menurut dia, dalam penanganan kasus bentrokan antar kelompok pesilat dari Indonesia ini telah masuk tahap investigasi oleh pihak penegak hukum Taiwan. Dari 15 tersangka itu juga telah dipindahkan ke Kantor Kejaksaan Distrik Changhua.
“Semua itu untuk diselidiki atas tuduhan pembunuhan, penyerangan dan berpartisipasi dalam perkelahian yang mematikan. Sementara untuk informasi lainnya nanti kita akan berikan update (dari Kemlu, Red),” ucapnya.
Ia memastikan, dalam hal ini pihaknya tetap akan menangani dan melakukan pendampingan kepada para tersangka. Selain itu, Kemlu juga bakal secara rutin melakukan monitoring untuk memberikan perawatan kepada para korban yang terlibat dalam insiden perkelahian antara kelompok pesilat tersebut.
“Korban luka, sudah mulai membaik ada satu orang. Tetapi untuk yang di dalam proses hukum itu kita kerjasama dengan Kepolisian dan Kejaksaan Canghaua,” ujarnya.
Kendati demikian, atas terjadinya pertikaian yang dilakukan oleh kedua kelompok pesilat itu, pihaknya pun meminta agar warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Taiwan maupun dalam negeri untuk tetap dapat menjaga kondusifitas. “Jadi agar jangan ada balas dendam, saat ini kedua belah pihak sudah berdamai,” katanya.
Diketahui, jenazah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang menjadi korban dalam insiden tawuran antar kelompok pesilat di Taiwan, Sabtu (2/9/2023), telah tiba di Tanah Air. Mereka tiba dini hari melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang.
Dalam pemulangan jenazah korban tawuran itu teridentifikasi identitasnya, yakni bernama Jaenal Fanani, asal Tenggalek, Jawa Timur, dengan profesi sebagai pekerja manufaktur di Taiwan. Jenazah Jaenal, diangkut menggunakan pesawat terbang komersial Cathay Pacific nomor penerbangan CX 797.****