Fajarasia.id – Menurut survei terbaru dari Bitkom, hampir setengah perusahaan Jerman melaporkan menjadi korban serangan siber atau spionase industri dari Tiongkok. Survei tersebut mengungkapkan bahwa 45% perusahaan melacak serangan siber ini ke Tiongkok, sementara dari Rusia 39% serangan.
Melansir dari Deutche Welle, serangan siber dan spionase industri ini telah merugikan ekonomi Jerman hingga €267 miliar dalam 12 bulan terakhir. Angka ini meningkat 29% dibandingkan tahun sebelumnya.
Presiden Bitkom, Ralf Wintergerst, mengatakan bahwa angka-angka ini mencerminkan ketegangan global saat ini. Ia menambahkan bahwa perusahaan Jerman dan Tiongkok sangat terkait dalam ekonomi global.
Wintergerst menambahkan hal ini membalikkan hubungan yang terjalin selama beberapa dekade ini tidak mungkin dilakukan dalam waktu singkat. Perusahaan-perusahaan Jerman kini meningkatkan anggaran untuk keamanan digital menjadi 17% dari anggaran IT mereka, naik dari 14% tahun lalu.
Namun, hanya sedikit lebih dari sepertiga perusahaan yang memiliki rencana darurat jika terjadi insiden keamanan di rantai pasokan mereka. Tiongkok masih menjadi mitra ekonomi penting bagi Jerman, meskipun juga dianggap sebagai pesaing.
Terungkap bahwa peretas Tiongkok telah memata-matai Volkswagen, raksasa otomotif Jerman, selama bertahun-tahun. Jerman dan negara-negara Barat semakin berhati-hati agar tidak terlalu bergantung pada satu negara untuk produk penting seperti yang terjadi dengan Rusia di pasar energi.
Meskipun demikian, investasi Jerman di Tiongkok terus meningkat meskipun ada peringatan pemerintah untuk mengurangi risiko dalam hubungan dengan Tiongkok. Survei ini juga menunjukkan bahwa 80% bisnis Jerman mengalami pencurian data atau IT, spionase industri atau sabotase dalam 12 bulan terakhir.
Ia juga mengatakan perusahaan Jerman harus lebih siap menghadapi insiden keamanan yang bisa mempengaruhi rantai pasokan mereka. Meski Tiongkok dan Jerman memiliki hubungan ekonomi yang kuat, ketegangan meningkat karena masalah keamanan dan spionase.***