Fajarasia.id — Tragedi ambruknya bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, yang menelan puluhan korban jiwa, mendapat sorotan tajam dari Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko. Ia menegaskan bahwa pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab atas keselamatan santri harus bersikap terbuka dan siap menghadapi proses hukum jika terbukti lalai.
Seruan Transparansi dan Kooperatif dari DPR
Singgih meminta agar pengurus Ponpes bersikap kooperatif dalam proses penyelidikan yang tengah berjalan. Menurutnya, keterbukaan informasi sangat penting untuk mengungkap akar persoalan secara menyeluruh.
“Jika ditemukan indikasi pelanggaran hukum, maka pengurus harus siap diperiksa dan mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya kepada awak media.
Penyelidikan Harus Akurat dan Terbuka
Politisi Partai Golkar itu juga menekankan pentingnya penyelidikan yang dilakukan secara profesional dan transparan. Ia menyatakan dukungannya terhadap langkah kepolisian dalam mengusut insiden tersebut.
“Kami berharap proses investigasi berjalan dengan akurat dan terbuka agar dapat mengidentifikasi siapa saja yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini,” tambahnya.
Tiga Pihak yang Dinilai Bertanggung Jawab
Singgih menyebutkan bahwa tanggung jawab atas insiden ini tidak hanya berada di tangan pengelola Ponpes, tetapi juga melibatkan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Ketiganya dinilai memiliki peran penting dalam menjamin keamanan dan kenyamanan lingkungan pendidikan para santri.
“Keselamatan anak-anak bangsa adalah tanggung jawab bersama. Kita harus memastikan bahwa kualitas dan keamanan bangunan ponpes ke depan semakin baik,” tegasnya.
Penyelidikan Polisi: Dugaan Kegagalan Konstruksi
Sementara itu, Kepolisian Daerah Jawa Timur telah membentuk tim gabungan dari Ditreskrimum dan Ditreskrimsus untuk menyelidiki penyebab runtuhnya bangunan musala dan asrama putra di Ponpes Al Khoziny. Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto, menyatakan bahwa fokus awal adalah evakuasi korban, namun kini penyelidikan telah masuk tahap hukum.
“Indikasi awal mengarah pada kegagalan konstruksi sebagai penyebab utama,” ujar Nanang saat memberikan keterangan di RS Bhayangkara Surabaya.
Harapan untuk Masa Depan
Singgih berharap tragedi ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak agar kejadian serupa tidak terulang. Ia menekankan perlunya peningkatan kesadaran terhadap standar keselamatan bangunan, terutama di lingkungan pendidikan berbasis pesantren.***