Fajarasia.id – Kedutaan Besar China di Ekuador mengumumkan akan menghentikan sementara layanan untuk publik saat konflik bersenjata menyelimuti negara di kawasan Amerika Selatan tersebut. Presiden Ekuador Daniel Noboa menyebut situasi terkini di negaranya sebagai “konflik bersenjata internal”.
Pengumuman itu disampaikan oleh Kedutaan Besar China dalam pernyataan terbaru yang dirilis via media sosial WeChat pada Rabu (10/1) waktu setempat. Penghentian layanan publik itu juga berlaku di seluruh konsulat China yang ada di wilayah Ekuador.
Tidak diketahui secara jelas berapa lama penghentian layanan publik itu akan dilakukan.
“Pembukaan kembali untuk publik akan diumumkan pada waktunya,” sebut Kedutaan Besar China dalam pernyataan pers berbahasa Spanyol, seperti dilansir AFP, Rabu (10/1/2024).
Noboa yang menjabat sejak November tahun lalu, telah memberikan perintah untuk “menetralisir” geng-geng kriminal, setelah sekelompok orang bersenjata melepaskan tembakan di dalam sebuah studio televisi setempat dan para bandit mengancam akan melakukan eksekusi secara acak.
Sedikitnya 10 orang tewas akibat rentetan tindak kekerasan bersenjata yang menyelimuti Ekuador sejak awal pekan ini.
Kepala kepolisian setempat, dalam konferensi pers, melaporkan sedikitnya delapan orang tewas dan tiga orang lainnya mengalami luka-luka dalam rentetan serangan di kota pelabuhan Guayaquil pada Selasa (9/1) waktu setempat.
Dalam pernyataan terpisah via media sosial X, kepolisian setempat menyebut dua personel penegak hukum telah “dibunuh dengan kejam oleh sejumlah penjahat bersenjata” di kota Nobol, yang terletak tak jauh dari Guayaquil.
Ekuador sejak lama menjadi negara damai yang terletak di antara dua negara pengekspor kokain terkenal di dunia, Kolombia dan Peru. Tindak kekerasan marak dalam beberapa tahun terakhir di Ekuador ketika geng-geng kriminal terkait kartel Meksiko dan Kolombia saling bersaing untuk memperebutkan kendali.
Situasi keamanan di Ekuador memburuk setelah kaburnya seorang gembong narkoba dan gangster terkenal bernama Jose Adolfo Macias alias Fito dari penjara. Fito dikenal sebagai pemimpin geng kriminal Los Choneros, yang merupakan geng kriminal terbesar dan berpengaruh di Ekuador.
Dia dilaporkan kabur dari penjara dengan keamanan ketat di Guayaquil pada Minggu (7/1) waktu setempat, saat polisi melakukan inspeksi.
Fito telah menjalani hukuman 34 tahun penjara atas tindak kejahatan terorganisir, perdagangan narkoba dan pembunuhan sejak tahun 2011. Ini merupakan kedua kalinya dia kabur dari penjara — yang terakhir terjadi tahun 2013 lalu sebelum dia ditangkap kembali usai tiga bulan buron.
Kaburnya Fito mendorong Noboa untuk menetapkan keadaan darurat dan memerintahkan pengerahan tentara selama 60 hari di jalanan dan penjara-penjara Ekuador terhitung sejak Senin (8/1) waktu setempat.
Keadaan darurat itu, menurut Noboa, akan memberikan “semua dukungan politik dan hukum” kepada anggota Angkatan Bersenjata Ekuador yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka dalam pertempuran melawan “teroris narkotika”.
Selama keadaan darurat berlangsung, sebut Noboa, akan diberlakukan jam malam mulai pukul 23.00 waktu setempat hingga pukul 05.00 waktu setempat setiap harinya.***