Menkop UKM mewujudkan hilirisasi lewat rumah produksi bersama kakao

Menkop UKM mewujudkan hilirisasi lewat rumah produksi bersama kakao

Fajarasia.id – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki meresmikan Rumah Produksi Bersama (RPB) khusus Komoditas Kakao di Kabupaten Jembrana, Bali, yang menjadi wujud nyata dukungan terhadap hilirisasi produk unggulan Bali.

“RPB Jembrana ini piloting dan harus sukses, sehingga harapannya RPB bisa dibangun tiap tahunnya di Indonesia. Saya lihat secara langsung, RPB ini yang paling keren,” kata Menkop UKM Teten Masduki pada Peresmian RPB Komoditas Kakao seperti dikutip dalam keterangan resmi di Jakarta,Sabtu.

Menteri Teten menjelaskan bahwa pembangunan RPB bertujuan agar produk UMKM bisa memenuhi standardisasi industri melalui penggunaan teknologi modern.

“Kalau membagikan alat sederhana, dikhawatirkan kualitas produk tak akan meningkat. Maka kita bangunkan pabrik bersama dengan alat-alat modern agar memenuhi standar pabrik,” ujarnya pula.

Tujuan RPB kedua sebagai perwujudan dari aksi nyata pemerintah terhadap kebijakan hilirisasi. Teten menyampaikan bahwa hilirisasi bukan hanya wilayah usaha besar, tetapi juga melibatkan UMKM seperti kakao dari Jembrana yang berkualitas dunia.

“Kami tidak boleh lagi ekspor komoditas yang masih raw material atau mentah. Kalau masih seperti itu ya tidak berubah sejak zaman kolonial. Zaman VOC ekspor kakao maupun rempah-rempah mentah, sekarang harus dikirim dalam bentuk setengah jadi atau barang jadi. Kakao salah satu unggulan komoditasnya,” katanya lagi.

Lebih lanjut Teten menyampaikan bahwa pemerintah terus mendorong Bali menjadi daerah unggulan untuk ekspor produk kakao Bali, karena sudah mendapatkan keunggulan di pasar ekspor. Meskipun sebagai produsen kakao utama, namun produk ini belum dapat menciptakan nilai tambah dan brand dunia.

“Industrialisasi atau hilirisasi untuk komoditas cokelat harus segera diimplementasikan secara cepat dan terintegrasi, guna menjawab tantangan ini,” katanya pula.

Tak hanya itu, ia juga sangat mendukung jika RPB bisa diintegrasikan dengan lahan petani kakao yang mencapai 5.000 hektare dengan membangun corporate farming dalam skala ekonomi.

Sedangkan di sisi hulu, Kemenkop UKM siap membantu dengan menyiapkan bisnis modelnya berbadan hukum melalui koperasi multipihak, dan dibantu dari sisi pembiayaan oleh LPDB-KUMKM. Sementara kendala pembibitan ada pada kewenangan Kementerian Pertanian (Kementan), yang ke depan bisa untuk saling dikerjasamakan.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan bahwa pihaknya bertekad tidak akan menjadikan pembangunan RPB sebagai ajang gagah-gagahan saja, tetapi menjadi proses belajar bagaimana petani kakao Jembrana bisa berkembang dan sukses. Sehingga, kakao menjadi tulang punggung masa depan petani kakao di Jembrana.***

Pos terkait