Fajarasia.id – Ancaman resesi yang akan melanda dunia di tahun 2023 bisa mempengaruhi pemulihan pariwisata di Indonesia Jumlah wisatawan dari negara yang mengalami resesi dipastikan akan berkurang.
“Sekitar 35 persen negara di dunia akan mengalami resesi. Yang harus diidentifikasi adalah negara-negara yang menyumbang wisata ke kita cukup besar,” ulas Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad dalam Sebuah rilisnya, Rabu (14/12/2022).
Menurut Tauhid, wisatawan dari negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, kemungkinan akan berkurang karena negaranya resesi. Wisatawan asal Tiongkok juga akan berkurang, tapi lebih karena kebijakan lockdown di Tiongkok akibat pandemi.
“Jalan keluarnya, yang pertama adalah memperkuat wisatawan domestik. Yang kedua lebih banyak wisatawan dari Asean atau Asia,” ucap Tauhid.
Pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia, tambah Tauhid, masih di kisaran 4-5 persen, artinya potensi daya beli mereka masih tinggi. Wisatawan dari kawasan Asia inilah yang bisa memulihkan pariwisata Indonesia, tinggal bagaimana cara Indonesia agar mereka tertarik berkunjung.
Di tahun 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan 7,2 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Sedangkan wisatawan nusantara targetnya 1,4 miliar kunjungan.
“Meski pertumbuhannya agak melambat, kami optimis target ini bisa tercapai. Kami memang fokus untuk memperkuat wisatawan domestik, dan akan menyiapkan beragam kegiatan untuk menarik minat wisatawan,” ujar Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kemenparekraf Norman Sasono di acara yang sama.
Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Addin Maulana mengatakan, pariwisata Indonesia diperkirakan baru akan benar-benar pulih di tahun 2025. Selain faktor kondisi global, juga karena perubahan kebijakan wisata pasca pandemi.
“Di tahun 2020 kita pernah membuat permodalan, kapan kira-kira wisatawan mancanegara akan bangkit. Dan berdasarkan perhitungan kami tahun 2025 baru akan pulih,” ucap Addin.
Indonesia, tambah Addin, masih hati-hati dalam membuka pariwisatanya. Kalau dulu ada kebijakan free visa atau bebas visa kunjungan, sedangkan sekarang kebijakannya visa on arrival yang berbayar.****