Perludem: KPU harus penuhi minimal empat indikator integritas pemilu

Perludem: KPU harus penuhi minimal empat indikator integritas pemilu
Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati. Tempo/Nurdiansah

Fajarasia.id – Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati mengatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) harus memenuhi minimal empat indikator untuk mewujudkan pemilihan umum (Pemilu) yang berintegritas.

Menurut Khoirunnisa, empat indikator Pemilu berintegritas itu harus dimiliki KPU agar penyelenggaraan pemilu mendapat kepercayaan dan legitimasi dari publik.

“Setidaknya ada empat indikatornya, yaitu transparan, akuntabel, jujur, dan akurat,” kata dia saat dihubungi Rabu(27/12).

Khoirunnisa menjelaskan bahwa transparansi dalam setiap proses yang dilakukan KPU, mulai dari sebelum hari pencoblosan atau masa kampanye, kemudian pada saat pencoblosan, hingga setelah pelaksanaan pemungutan suara, akan meyakinkan publik untuk menerima setiap proses politik yang dilakukan penyelenggara pemilu itu.

“Oleh sebab itu, KPU perlu transparan atas semua aktivitas tahapan pemilu,” tutur dia.

Transparansi, ujar dia, juga akan mencegah timbulnya disinformasi, misalnya seperti dugaan surat suara yg sudah dicoblos seperti sejumlah tudingan pada Pemilu 2019.

Dia juga menekankan indikator lainnya yaitu akuntabel, jujur, dan akurat tidak kalah penting untuk ditunjukkan KPU, agar menghasilkan pemilu yang berkualitas dan berintegritas.

Dia mendorong agar seluruh indikator itu bisa dilakukan, tidak hanya oleh KPU, tapi juga lembaga pengawas penyelenggaraan pemilu yaitu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).

Sehari sebelumnya, Senin (25/12), pemimpin Perludem itu juga mengkritisi format debat kedua Pilpres 2024 yang diselenggarakan pada Jumat (22/12), yang masih menempatkan simpatisan dan pendukung berada di belakang pasangan calon (paslon) yang berdebat.

“Catatan debat yang lalu masih soal formatnya yang masih ada suporter di belakang cawapres yang berdebat,” kata dia.

Menurut Khoirunnisa, keberadaan pendukung dengan jumlah yang banyak justru membuat suasana di lokasi debat menjadi riuh dan seolah-olah dijadikan sebagai ajang pamer kekuatan masing-masing paslon.

“Suporter yang banyak malah membuat jadi riuh dan antarsuporter jadi semacam show off force kekuatan masing-masing,” kata dia.****

Pos terkait